Cinta secukupnya
Aku tak pernah berpikir mencintaimu, walau cuma sekejap.
Tapi yang terjadi tak ubahnya alur nasib yang terbalik.
Aku mencintaimu sejak kali pertama,
saat lembut sapamu terucap dan mata lugumu
menggugat.
Tanpa kusadari lajunya, dua tahun sudah aku
menunggumu.
Mengurungku dengan cinta satu-satunya.
Kubela tanpa harus aku bertanya-tanya.
Bukankah cinta memang tak pernah butuh alasa, meski
cuma satu huruf ? Sepertinya iya…!
***
Terjerat kangen yang merapal namanya di setiap kedip
mata. Entah semu atau nyata, setidaknya kukira ini
cinta. Semoga…
***
Menerka rencana hati tanpa praduga. Mencari jalan
ke rumah hatimu. Masih jauhkan perjalanan yang
harus kutempuh? Beri aku tanda, meski hanya sebatas senyum.
***
Sepertinya kudapati lugu senyumnya mengais tulus
detik ini. Setidaknya, ‘kebersamaan’ yang teretas dari
senja hingga dini, mendakwa rasaku untuk kembali
takluk padanya. Lagi…!
***
Getar itu tak jadi menepi. Kangen itu tak jadi
meratapi basi. Damba yang kupelihara di tepian asa,
ternyata menampilkan pesona indah malam ini,
finally.
***
Terusik kangen yang menelusup di setiap kedip mata.
Dua hari menapak jejak bersama, telah memagut
getarku tak bersisa, sepertinya…
***
Begitu bermaknanya sebuah kebersamaan
hingga ku tak tahu lagi dengan apa kutepikan adamu,
sejenak saja.
Begitu menyesakkan dan menyisakan lirih seketika
saat kubuka mata, tahu-tahu aku tersadar,
kamu tak ada di dekatku hari ini.
Cinta ini begitu indahnya.
Hanya untukmu!
***
Inikah saatnya kuluruhkan keakuanku?!
Mendakwa satu rindu untukmu,
menepikan setip inci logika menjadi cinta
yang seia berdamai dengan palung jiwa.
Sepertinya, aku harus melakukannya!
Bukan semata rindu yang menggerontangkan bejana asa,
tapi lebih karena tulus yang menasbihkannya.
Apa adanya, begitu saja!
***
Bisu
katakanlah apapun
dalam bentuk
apapun.
Bawalah aku
ke manapun.
Bersama cinta
yang aku himpun.
No comments:
Post a Comment